Riza Nur Fikri

Riza Nur Fikri

Senin, 03 Januari 2011

Islam di Thailand


ISLAM DI THAILAND
Oleh: Riza Nur Fikri
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2010

BAB I
PENDAHULUAN
Thailand adalah sebuah Negara di wilayah Asia Tenggara yang berbentuk Monarki Konstitusi. Islam masuk di Thailand diperkirakan sekitar abad ke-10 atau ke-11 dibawa oleh pedagang Arab dan India. Islam pernah berkuasa di wilayah Pattani sejak berdirinya Kerajaan Islam Patani abad ke-14. Namun, sejak berada dalam kekuasaan Kerajaan Siam, hingga sekarang umat Islam menjadi minoritas dan terdiskriminasi oleh pemerintahan Thailand.
Muslim Thailand sebagian besar tersebar di empat propinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun. Mereka kerap memperoleh problem dan kekerasan oleh pemerintah. Hingga saat ini Muslim Thailand terus berjuang untuk memperoleh hak-haknya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Islam di Thailand
Islam masuk ke Thailand diperkirakan pada abad ke-10 M atau ke-11 M, dibawa oleh para pedagang Arab dan tempat pemukiman Islam pertamanya adalah bagian selatan yang lebih dikenal dengan Pattani. Proses penyebaran Islam dilakukan oleh para guru sufi pengembara dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Lebih kurang 300 tahun keberadaan Islam di Pattani, terbentuk kerajaan Islam di Pattani dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Sulaiman Syah yang berkuasa dari tahun 1357 M-1398 M.[1]
Ketika mereka datang, belum ada penduduk Siam yang beragama Islam dan penduduk menyebut pedagang Islam ini dengan sebutan Khek Islam yang artinya orang Muslim. Mereka kemudian meminta kepada raja Siam untuk diperbolehkan mendirikan  mesjid di lahan tersendiri.[2] Perdagangan menyebabkan adanya interaksi dengan penduduk yang kemudian terjadi perkawinan campuran. Hal ini yang menyebabkan Islam tersebar di Siam.
Perlawanan terhadap Portugis membawa peningkatan pengaruh Islam di Siam. Mulai tahun 1540-an M, orang-orang Persia, India, dan Melayu sudah banyak yang Muslim. Mereka banyak bermukim di Ayutthia dan Tennaserium dan mempunyai dominasi dalam perlawanan terhadap Portugis. Ketika Raja Narai berkuasa tahun 1657, orang-orang Syi`ah Persia menjadi penasehat terdekatnya, yang terpenting diantaranya adalah Aga Muhammad Astrabadi dengan nama Siamnya Okphra Sinnaowarat. Kaum Muslim mendapatkan posisi-posisi kunci terutama di kota-kota pelabuhan.
Merosotnya pengaruh Muslim di Siam berawal dari meninggalnya Astrabadi pada tahun 1679 yang diikuti dengan pertengkaran di antara anak-anaknya. Puncaknya adalah ketika kaum Muslim di ibu kota Siam memberontak sehingga kaum Muslim minoritas kehilangan posisi penting mereka.[3]
Di Thailand, Islam merupakan agama kedua setelah Budha. Kaum Muslimin adalah kelompok minoritas dalam kerajaan. Mereka sebagian besar tersebar di empat propinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun.

B.     Sekilas Tentang Thailand
Kerajaan Thailand adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Thailand dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949.[4]
Negara Thailand berbentuk Monarki Konstitusi yang beribu kota di Bangkok. Bahasa resmi Negara adalah bahasa Thai. Agama resminya adalah Theravada Buddhism. Raja Thailand hingga sekarang adalah Raja Bhumibol Adulyadej, sedangkan Perdana Menterinya yaitu Abhisit Vejjajiva. Thailand adalah satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang belum pernah dijajah Negara asing.
Berdasarkan Sensus tahun 2006, jumlah penduduk Thailand berjumlaj sekitar 64.700.000 jiwa. Prosentasi Penduduk Thailand menurut etnis adalah 75% etnis Thai, 14% etnis China, 3% etnis Melayu, sisanya etnis Mons, Khamer, dan lain-lain. Sedangkan menurut agama adalah 94,7% Budha, 4,6% Islam, 0,7% adalah lainnya (Kristen, Hindu, Sikh).

C.    Populasi, Demografi dan Corak Islam
Berdasarkan data penduduk “Islam menurut Negara” di Wikipedia, pada tahun 2007, jumlah penduduk Islam di Thailand berjumlah 4,6% atau 2.999.135 jiwa (dari total penduduk 65.068.149 jiwa). Menurut Badrus Sholeh,[5] Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand,sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Mayoritas Muslim adalah Muslim Melayu (sekitar 80%) di bagian selatan, Muslim Bangladesh dan Pakistan di daerah perkotaan, Muslim Thai di perkampungan Thailand tengah dan selatan, dan Muslim Cina di bagian utara.
Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua negara dan Thailand menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif oleh komunitas yang lainnya.. Hal ini tampak dari pertumbuhan masjid di Thailand yang berkembang pesat; Bangkok 159 masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid.[6]
Sementara dalam urusan hukum, hukum keluarga Muslim diberlakukan di empat provinsi Selatan, yaitu Pattani, Narathiwat, Songkhla dan Yala dengan daerah seluas 14.010 kilometer persegi, pengamalan agamanya adalah mazhab Syafi'i. Dalam masalah pendidikan, didirikan sekolah-sekolah untuk Muslim dan disana anak-anak didik baik masalah akhlak, budi pekerti, sejarah Islam dan lain sebagainya.
Berdasarkan data yang ada bahwa tempat pendidikan yang khusus tempat pendidikan Muslim berjumlah sebanyak 400 sekolah Muslim, disanalah umat muslim didik ditambah lagi dengan sebuah perguruan tinggi Islam. Semua dilakukan pemerintah karena di sekolah-sekolah negeri Islam tidak diajarkan.[7]
Mayoritas Thai Muslim adalah Sunni, dan sedikit Syi`ah (sekitar 1 %). Ada National Council for Muslim (semacam MUI), yang terdiri dari 5 orang dan ditunjuk oleh kerajaan. Lembaga ini bertugas memberikan saran bagi menteri pendidikan untuk urusan pendidikan Islam dan haji. Lembaga ini mempunyai perwakilan di tiap propinsi. Di Thailand terdapat ratusan sekolah Islam, pesantren (ada sekitar 500-an, lazimnya disebut pondok), dan juga bank Islam. Sementara itu 12% dari pegawai pemerintahan Thailand adalah Muslim.[8]

D.    Minoritas Muslim, Tantangan dan Problem
Setidaknya ada dua hal yang dapat dikatakan Muslim Thailand sebagai minoritas, yaitu dalam aspek agama dan etnis. Muslim di Thailand menjadi minoritas setelah Malaysia bagian utara dibagi menjadi dua bagian, dan menyerahkan sebagiannya ke Thailand. Islam menjadi minoritas sejak Thailand Selatan (Pattani) menjadi bagian Negara Thailand (Siam).
Padahal, dahulu, Muslim Pattani adalah sebuah kerajaan Islam. Pada tahun 1457, daerah Patani—sekarang menjadi Pattani—berpenduduk mayoritas Melayu Muslim. Kedatangan Inggris ke Semenanjung Malaka menghasilkan perjanjian dengan Thailand, yaitu Patani dikuasai oleh Thailand dan Perlis dan wilayah lainnya dimiliki oleh Inggris. Kemudian hari Inggris menyebut daerah jajahannya dengan sebutan Malaysia. Muslim Patani saat itu dipaksa untuk menjadi bagian dari Thailand atau ketika itu masih bernama kerajaan Siam.[9]
Di bidang politik, keinginan kaum Muslimin untuk memisahkan diri sangat meresahkan kerajaan, gerakan kaum Muslim tersebut tergabung dalam kelompok organisasi seperti Pattani United Liberation Organization (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (RNPP), Barisan Revolusi Nasional (BRN). Keinginan memisahkan diri dari kerajaan Thai lebih dikarenakan adanya keengganan pemerintah untuk memberikan kebebasan dalam mengungkapkan apresiasi budaya mereka dan ini diartikan kaum Muslimin sebagai pelumpuh budaya Islam. Partisipasi Muslim Melayu dalam system politik dan sebagai warga Negara Muangthai mulai tumbuh sejak bangkitnya demokrasi pada tahun 1979.[10]
Problem Muslim di Thailand diantanya : bahasa Melayu tidak diperbolehkan, orang-orang Thai Muslim dipaksa menggunakan nama-nama Thai, Thai Muslim sering mendapat tekanan dari pemerintah. Dalam bidang pendidikan, banyak sekolah Muslim dibakar dan ditutup (2006-2007), Ijazah di madrasah-madrasah Islam tidak diakui oleh pemerintah. Selain itu, sering terjadi konflik religio-etnis, yaitu antara Melayu-Muslim dengan Thai-Budhist.

E.     Kondisi Terakhir Thailand
Muslim Thailand banyak yang puritan dan dikhawatirkan berkaitan dengan Al-Qaeda dan Jama`ah Islamiyah(JI). Pemerintah menuding Muslim Thailand yang studi di Timur-Tengah sebagai pembawa paham Wahhabi dan Pan-Islamisme. Oleh karena itu pemerintah Thailand sedang menggalakkan Islam Modern dengan menyatukan Islam, bukan Melayu, tapi Islam Thailand yang moderat.
Malaysia dituding pemerintah Thailand sebagai pendukung terhadap suburnya semangat separatism di Thailand Selatan. Hal ini didukung oleh fakta bahwa banyak orang Thai yang meminta suaka politik di Malaysia.
Kekerasan di Thailand Selatan hingga kini masih berlangsung. Bahkan korban jiwa akibat kekerasan yang berlangsung sejak 2004 telah mencapai 2.400 orang. Pemerintahan Thailan terus berupaya meredam kekerasan disana. Sejumlah upaya perundingan juga ditempuh, tetapi belum ada penyelesaian tuntas atas masalah ini.[11]
            Perdana Menteri Thailand, Surayud Chulanond, bahkan mengubah kebijakannya di Thailand Selatan. Ia menempuh langkah yang lebih persuasive dan dialog untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ini menggantikan strategi yang diterapkan oleh Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang lebih keras.[12]
           
BAB III
PENUTUP
Konflik umat Islam dengan pemerintah di Thailand hingga saat ini masih kerap terjadi. Perlakuan pemerintah terhadap umat Islam masih buruk. Namun, upaya-upaya untuk meredam konflik terus dilakukan melalui dialog pemerintah dengan sejumlah pemimpin ormas Islam Thailand. Bahkan pemerintah Thailand telah berdialog dengan pemimpin ormas Islam di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, untuk mencari solusi dalam penyelesaian konflik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dyayadi, Dakwah Islam di Negeri Kristen (Ketika Umat Islam Menjadi Minoritas).Yogyakarta: Lingkar Dakwah, 2008.
Siti Maryam dkk., Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik HIngga Modern.Yogyakarta: LESFI, 2004.
Muhammad Wildan, Hand Out mata kuliah Sejarah Islam Minoritas, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Badrus Sholeh, Minoritas Muslim, Konflik dan Rekonsiliasi di Thailand Selatan, format pdf, diakses di www.google.com, tanggal 1 Januari 2010.

Saifullah SA., “Minoritas Muslim di Asia Tenggara”, IAIN Imam Bonjol Padang, http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/01/minoritas-muslim-asia-tenggara.html, diakses tanggal 1 januari 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand, diakses tanggal 1 Januari 2010.

SEJARAH ISLAM MINORITAS DI THAILAND
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu

Mata Kuliah: Sejarah Islam Minoritas

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Wildan










Disusun Oleh :
Riza Nur Fikri : 08120027


JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009



[1] Saifullah SA., “Minoritas Muslim di Asia Tenggara”, IAIN Imam Bonjol Padang, http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/01/minoritas-muslim-asia-tenggara.html, diakses tanggal 1 januari 2010.
[2] Riswinarno, “Peradaban Islam Pra-Modern di Asia Tenggara”, dalam Siti Maryam dkk., Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik HIngga Modern(Yogyakarta: LESFI, 2004), hlm. 332.
[3] Riswinarno, “Peradaban Islam Pra-Modern di Asia Tenggara”, dalam Siti Maryam dkk., Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik HIngga Modern(Yogyakarta: LESFI, 2004), hlm. 336.
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand, diakses tanggal 1 Januari 2010.

[5] Badrus Sholeh, Minoritas Muslim, Konflik dan Rekonsiliasi di Thailand Selatan, format pdf, diakses di www.google.com, tanggal 1 Januari 2010.
[7] Saifullah SA., “Minoritas Muslim di Asia Tenggara”, IAIN Imam Bonjol Padang, http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/01/minoritas-muslim-asia-tenggara.html, diakses tanggal 1 januari 2010.
[8] Muhammad Wildan, Hand Out mata kuliah Sejarah Islam Minoritas, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[10] Herawati, “Peradaban Islam Modern di Asia Tenggara”, dalam Siti Maryam dkk., Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik HIngga Modern(Yogyakarta: LESFI, 2004), hlm. 356.
[11] Dyayadi, Dakwah Islam di Negeri Kristen (Ketika Umat Islam Menjadi Minoritas)(Yogyakarta: Lingkar Dakwah, 2008), hlm. 188.
[12] Ibid., hlm.189.

1 komentar: